Friday, September 3, 2010

Kontroversi Pengobatan Ganja untuk Anak Hiperaktif

Orangtua yang memiliki anak hiperaktif (ADHD) di Amerika mulai mencoba-coba pengobatan dengan ganja. Efek ganja yang menenangkan diyakini mampu meredam perilaku agresif anak ADHD.

Orangtua yang menggunakan ganja demi mengobati anaknya ini berani melawan arus publik yang menentang pengguanaan ganja untuk autis atau ADHD karena belum ada buktinya. Kontroversi penggunaan ganja sebagai obat penolong anak ADHD pun spontan merebak.

Di negara bagian California, ganja adalah barang yang diperbolehkan penggunaannya sebagai obat. Beberapa dokter disana kini mencoba mengobati anak ADHD atau anak hiperaktif dengan ganja.

Undang-undang ganja di California sudah memperbolehkan penggunaannya sebagai obat sejak tahun 2004. Setidaknya ada 36.000 resep dokter yang dilaporkan menggunakan ganja sebagai obat, termasuk untuk mengobati anak hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperacitivty Disorder).

Menurut Stephen Hinshaw, profesor psikologi dari the University of California di Berkeley, penggunaan ganja sebagai obat sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak dan remaja.

"Meski dampaknya baik untuk penderita ADHD, tapi ganja bisa merusak fungsi kognitif di otak. Bahan aktif yang ada di ganja bisa menyebabkan gangguan mengingat," ujar Hinshaw seperti dilansir New York Times, Kamis (26/11/2009).

Hingga saat ini penggunaan ganja sebagai obat belum diakui oleh Badan Obat dan Makanan AS atau Food and Drug Administration (FDA) dan belum ada studi yang benar-benar membuktikan efek baik penggunaan ganja untuk mengobati ADHD.

Namun banyak dokter yang percaya bahwa bahan aktif ampetamin yang terdapat dalam ganja, jika diberikan dalam dosis kecil pada penderita ADHD bisa menghasilkan efek yang lebih baik, yaitu lebih fokus. Seorang profesor dari Harvard Medical School pun mengatakan bahwa ganja lebih efektif dibanding obat untuk ADHD lainnya.

"Saya rasa tidak perlu ragu-ragu dan tidak ada masalah jika ingin memberikan ganja secara oral pada penderita ADHD karena pada beberapa kasus anak ADHD, ganja justru lebih efektif dibanding obat-obatan lainnya yang lebih berbahaya seperti Ritalin dan Aderall," jelas Profesor Lester Grinspoon, psikiater dari Harvard Medical School.

Menurut the National Institute of Mental Health, anak ADHD memiliki beberapa gejala seperti sulit berkonsentrasi, tidak bisa mengikuti aturan, mudah diganggu, gelisah dan tidak bisa diam (hiperaktif). Sebanyak 4,5 juta anak di Amerika saat ini dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menderita ADHD.

Seorang ibu yang memiliki anak ADHD pun mengaku bahwa ganja bisa menyembuhkan anaknya. "Anak saya didiagnosa ADHD pada saat 6 tahun. Ia sangat hiperaktif dan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah. Tapi saya memutuskan tidak menggunakan obat Ritalin karena terlalu banyak efek sampingnya. Ketika masuk sekolah menengah atas, saya baru sadar ia menjadi tenang dan bisa berkonsentrasi. Awalnya saya juga tidak mengerti, sampai suatu saat ia bilang bahwa ia menggunakan ganja," tutur wanita asal California.

Meski demikian, Profesor Hinshaw tetap penasaran dengan kisah sukses pasien ADHD tersebut yang berhasil sembuh dengan ganja. Menurutnya, perlu ada investigasi lebih lanjut untuk mengetahui efek samping lainnya dari penggunaan ganja sebagai obat dan perlu pengawasan khusus jika terpaksa harus menggunakannya.

Sementara itu, Profesor Grinspoon juga tetap optimis pada pendiriannya, yaitu ganja adalah obat masa depan yang bisa mengobati penderita ADHD.

"Saya rasa suatu saat nanti, ganja akan diakui sebagai obat, terutama untuk ADHD karena efek sampingnya yang tidak beracun," ujar Grinspoon.(detik)

No comments: